DENPASAR,jurnalbali.com – Sebanyak 258 izin pemakaian tenaga nuklir ada di Provinsi Bali. Dari jumlah itu, 219 izin ada di rumah sakit dan 39 dipegang oleh perusahaan. “Di Bali ada 219 izin untuk rumah sakit. Sementara untuk perusahaan ada 39 izin. Semua izin ini dikeluarkan oleh Badan Pengawasan Teknologi Nuklir (BAPETEN). Dan kami memonitor dan mengawas secara rutin,” kata Dahlia Cakrawati Sinaga, Deputi Pengkajian Keselamatan Nuklir BAPETEN saat jumpa pers di Kampus Pasca Sarjana Unud, Rabu (24/8/2022).
————————————————–
Kehadiran BAPETEN di Bali dalam rangka “Seminar Keselamatan Nuklir 2022” bekerja sama dengan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Udayana. Tema yang diangkat yakni “Peran Pengawasan Ketenaganukliran Dalam Transisi Energi Hijau dan Pengelolaan Limbah Radioaktif”
Plt BAPETEN Sugeng Sumbarjo mengatakan, seminar yang bekerja sama dengan Unud ini punya peran penting dari sisi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta penyediaan SDM, khususnya dalam mendukung pengawasan pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia.
“Seminar ini diharapkan dapat menjadi forum diskusi ilmiah dan penyebaran ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang pengawasan pemanfaatan ketenaganukliran. Peluang kerja sama BAPETEN yang diusung dapat berkisar seputar pengembangan sumber daya manusia di bidang pengawasan tenaga nuklir; pemberdayaan tenaga ahli yang dimiliki Unud,” ujarnya
Ia menambahkan, penggunaan teknologi nuklir makin berkembang pesat. Teknologi nuklir makin banyak digunakan dalam bidang kesehatan, pertanian dan industri. Teknologi ini dianggap berbahaya bagi masyarakat awam karena mendengar kata nuklir dan senyawa radioaktif orang langsung berpikir bahaya teknologi nuklir dalam peperangan.
Namun belakangan ini teknologi nuklir telah dikembangkan sebagai bahan penunjang kehidupan manusia. Salah satunya untuk medis di rumah sakit. “Hampir semua masyarakat pernah merasakan dan menggunakan teknologi nuklir. Misalnya, alat rontgen paru paru, alat CT Scan dan juga X Ray. Hampir sebagian besar masyarakat pernah memakai alat itu,” ujarnya.
Sementara, Taruni Handayani, Kapus P2STPFIZR BAPETEN Ketua Pelaksana kegiatan mengatakan, seminar diadakan secara hybrid diikuti lebih kurang 300 peserta dari berbagai intansi termasuk mahasiswa Fakultas MIPA Unud. Dukungan akademisi dapat memperkuat fungsi pengawasan yang dijalankan BAPETEN. Sebagai pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan, Unud memiliki tiga rumpun keilmuan, yaitu sains teknologi, kesehatan, dan sosial humaniora. “Dengan demikian, hasil kajian dan rekomendasi yang dihasilkan Unud dapat komprehensif untuk menjawab, memberikan solusi atas tantangan dan permasalahan yang dihadapi masyarakat dan pemerintah,” ujarnya.
Dekan FMIPA, Ni Luh Wartiasih Dekan FMIPA Unud mengatak kegiatan kerja sama dengan BAPETEn ini sangat penting bagi mahasiswa Unud khususnya FMIPA untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa di bidang medis. “Dengan demikian mahasiswa kami dari lulusan FMIPA bisa punya pengetahuan sekaligus kompetensi di bidang nuklir. Dan mahasiswa kami bisa lakukan penelitian di rumah sakit dan perusahaan yang memegang izin pemakaian tenaga nuklir dari BAPETEN,” kata Wartiasih. (*/E-49)