DENPASAR,Jurnalbali.com – Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar mewanti-wanti para nelayan untuk mewaspadai potensi gelombang tinggi yang terjadi di perairan Selatan Bali dalam sepekan ke depan.
————————————————–
Hal ini dikarenakan kondisi gelombang diperkiraan dari 2,5 meter hingga 4 meter. Kondisi ini dipicu oleh aktifnya Monsun Australia yang menyebabkan adanya perbedaan tekanan udara pada belahan bumi bagian selatan (BBS) dan belahan bumi bagian Utara (BBU).
Prakirawan Balai Besar MKG Wilayah III Denpasar, Made Sudarma, mengatakan perairan wilayah Selatan Bali diperkirakan mengalami gelombang tinggi dan gelombang sedang beberapa hari ke depan. Berdasarkan analisis, ketinggian gelombang di perairan Selatan Bali berpotensi masih dapat terjadi hingga seminggu ke depan. Namun kondisinya fluktuatif atau mengalami kondisi naik dan turun.
“Untuk 25 Agustus besok (hari ini) ketinggian gelombang mencapai 3,5 meter. Pada 27 dan 28 Agustus diperkirakan mengalami penurunan mencapai 2,5 meter, kemudian pada 29 Agustus diperkirakan kembali naik lagi hingga maksimal mencapai 4 meter,” kata Sudarma, Rabu (23/8).
Dikatakan, kondisi gelombang tinggi itu dalam kategori normal. Sebab hal itu merupakan siklus alami tahunan yang biasa terjadi pada Juli, Agustus, hingga September. Adapun daerah yang berpotensi terjadi gelombang tinggi, yakni di wilayah perairan Selatan Bali, seperti di Selat Bali Bagian Selatan, Selat Badung, dan Lombok Bagian Selatan, hingga ke Samudra Hindia, di mana peningkatan kecepatan angin berpengaruh terhadap ketinggian gelombang laut. Saat ini kecepatan angin di selatan Bali mencapai 15-20 knot.
“Saat ini tekanan Monsun Australia sudah aktif, sehingga kini kondisinya angin timuran. Perbedaan tekanan angin yang signifikan belahan bumi utara (BBU) dan belahan bumi selatan (BBS) ini yang menjadi faktor peningkatan angin. Sekarang di utara itu mencapai 1006-1010 Hpa, sedangkan di selatan sudah mencapai 1026 Hpa,” beber Sudarma.
Untuk itu, dia mengimbau agar masyarakat khususnya nelayan untuk memperhatikan kondisi tersebut sebelum melaut. Dalam menganalisa kondisi gelombang tinggi itu, pihaknya terus mengupdate setiap perkembangan di lapangan melalui sejumlah saluran media sosial yang ada. Hal ini semata agar para nelayan lebih waspada dan bisa mengantisipasi hal yang tidak diinginkan. “Harapannya agar para nelayan selalu memperhatikan setiap informasi yang diberikan,” harapnya.
Untuk diketahui, bahwa potensi gelombang tinggi ini tidak hanya terjadi di perairan Selatan Bali. Namun, dari data yang dikeluarkan oleh Balai Metrologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pusat, tercatat ada 18 perairan yang mengalami serupa. Dari data itu, area perairan dengan gelombang tinggi berkisar 2,50-4 meter, yaitu Perairan Utara Sabang, Perairan Barat Aceh, Perairan Barat Pulau Simeulue hingga Kepulauan Mentawai, Perairan Bengkulu hingga Barat Lampung, Samudra Hindia Barat Sumatra, Selat Sunda Bagian Barat dan Selatan, Perairan Selatan Banten hingga Jawa Timur, Perairan Selatan Bali hingga Sumbawa, Selat Bali-Lombok-Alas Bagian Selatan, Perairan Selatan Pulau Sumba, Perairan Pulau Sawu hingga Kupang Pulau Rotte, Samudra Hindia Selatan Banten hingga NTT, Perairan Manui-Kendari, Perairan Wakatobi, Laut Banda, Perairan Selatan Kepulauan Sermata hingga Kepulauan Tanimbar, Perairan Selatan Kepulauan Kai hingga Kepulauan Aru, dan Laut Arafuru.
Sedangkan perairan dengan gelombang sedang yang berkisar 1,25-2,50 meter, yaitu Selat Malaka Bagian Utara, Laut Natuna Utara, Perairan Kepulauan Anambas, Laut Natuna, Selat Karimata, Selat Gelasa, Perairan Pulau Belitung, Laut Jawa, Perairan Utara Jawa Tengah hingga Jawa Timur, Perairan Kotabaru, Perairan Selatan Kalimantan Tengah, Selat Makassar Bagian Tengah dan Selatan, Laut Bali, Laut Sumbawa, Perairan Kepulauan Sabalana hingga Kepulauan Selayar, Teluk Bone Bagian Selatan, Laut Flores, Laut Sawu, Selat Sumba, Selat Sape Baguan Selatan, Teluk Tolo, Laut Sulawesi Bagian Timur dan Tengah, Teluk Tomini, Perairan Selatan Kepulauan Banggai hingga Kepulauan Sula, Perairan Pulau Buru-Pulau Ambon-Pulau Seram, Laut Seram, Perairan Utara Kepulauan Sermata hingga Kepulauan Tanimbar, Perairan Utara Kepulauan Kai hingga Kepulauan Aru, Perairan Fakfak-Kaimana, Perairan Amamapere-Agats, Perairan Yos Sudarso, Samudra Pasifik Utara Biak, dan Samudra Pasifik Utara Jayapura. (*/Bil)
Penulis|Editor|Edo