DENPASAR, Jurnalbali.com –
Gubernur Bali Wayan Koster menyatakan akan menghentikan masuknya bawang putih impor ke Pulau Dewata. Hal ini di sampaikan Wayan Koster saat menghadiri sidang paripurna ke-32 DPRD Provinsi Bali, pada Rabu, 28 Juni 2023 dengan agenda Jawaban dan pemaparan Gubernur Bali atas Pandangan Umum Fraksi-Fraksi terkait Ranperda Haluan Pembangunan Bali masa depan, 100 Tahun Bali era Baru 2025-2125.
———-
Rapat Paripurna DPRD Bali yang dilangsungkan di ruang sidang utama DPRD Bali tersebut dihadiri Ketua DPRD Bali, Nyoman Adi Wiryatama serta seluruh unsur pimpinan DPRD Bali. Sedangkan dari pihak Eksekutif, tampak hadir beberapa pimpinan OPD terkait, mendampingi Gubernur Bali Wayan Koster.
Dalam kesempatan itu koster menyampaikan sembilan komoditas strategis pangan di Pulau Bali, yaitu, padi, jagung, bawang merah, bawang putih, cabe rawit, cabe besar, daging sapi, daging kerbau, daging ayam ras, telur ayam ras. Dari sembilan komoditas itu, ia menyebut hanya bawang putih yang defisit.
“Dari sembilan komoditas pangan ini, kita hanya defisit bawang putih, yang lain kita surplus. Usut punya usut, kenapa defisit? Saya memanggil Kepala Dinas Pertanian, apakah alat kita ini tidak cocok untuk bawang putih? Cocok.” ungkap koster.
Kemudian setelah di telusuri, koster mengungkapkan ternyata Petani di bali tidak mau lagi menanam bawang putih.
“Kenapa jadi defisit? Karena petani kita tidak mau nanam bawang putih. Karena harganya lebih tinggi dari bawang putih impor. Masyarakat lebih memilih beli bawang putih impor daripada bawang putih produk lokal petani Bali, gila enggak?” Cetus koster.
Karena hal inilah Gubernur Bali Wayan Koster dengan tegas menyatakan akan menolak impor bawang putih. Ia pun telah memerintahkan Dinas Pertanian agar mulai menanam bawang putih hingga panen dalam tiga bulan mendatang.
“Jadi, kita akan menanam bawang putih dan panennya dalam waktu tiga bulan. Begitu ini bisa memenuhi syarat, jumlahnya memenuhi kebutuhan domestik, maka saya tidak akan lagi mengizinkan masuknya bawang putih ke Bali. Ngapain kita punya alat sendiri kok, kita beli bawang putih dari luar,” cetus Politisi PDIP tersebut.
Pihaknya pun meminta Kepala Dinas Pertanian Bali untuk menanam bawang putih lokal Bali agar tidak defisit dan menyiapkan 1.000 hektare lahan di Kabupaten Bangli dan Kabupaten Buleleng, Bali.
“Di mana tempatnya? Di Bangli, di Buleleng. Saya waktu kecil nanam bawang putih. Jadi saya tahu iklimnya cocok. Bangli apalagi itu, di Kintamani luar biasa, bawang putih bawang merah,” tutur dia.
Ia mengakui potensi harga bawang putih lokal lebih tinggi. Namun, Koster menilai petani Bali bisa sejahtera dan ekonomi bisa berputar dengan baik.
“Meskipun harganya lebih tinggi tapi yang sejahtera petani kita. Ekonominya mutar di Bali. Kalau kita beli bawang putih dari impor, siapa yang kita sejahterakan. Kalau petani kita sejahtera kan ekonomi mutar di sini, kalau impor kan yang sono yang sejahtera, ngapain,” katanya.
Koster menuturkan upaya memenuhi kebutuhan bawang putih di Bali sebenarnya sudah dimulai. Beberapa petani di Karangasem sudah mulai bertani bawang putih. Ada 100 hektare lahan di Karangasem yang telah ditanami bawang putih. Rencananya, ia akan menginstruksikan untuk menambah lahan pertanian bawang putih seluas 100 hektare lagi. Targetnya, kebutuhan bawang putih akan terpenuhi pada 2024.
“Sudah mulai di Karangasem. Sekarang sudah menanam kemarin 100 hektare tanam bawang putih, sekarang 100 hektar lagi. Paling lama tiga tahun lagi kita bisa bebas impor bawang putih,” tandas dia.
Penulis||Chinly||Editor||Edo