Antropolog UI Apresiasi Gubernur Koster: Arak Bali Kini Legal, Budaya Tetap Lestari

30/01/2025 05:49
Array
Antropolog Universitas Indonesia (UI) Raymond Michael Menot (kiri) di talkshow pada Hari arak Bali ke-3 di GWK, Rabu 29/1/2025. (Foto/Orin)
banner-single

DENPASAR-Jurnalbali.com

Antropolog Universitas Indonesia (UI), Raymond Michael Menot, mengapresiasi keberanian Gubernur Bali terpilih 2025-2030, Wayan Koster, dalam melegalkan arak Bali dan melestarikan budaya lokal. Menurutnya, Koster adalah satu-satunya kepala daerah di Indonesia yang berani mengambil langkah tersebut.

 

“Kami juga perlu apresiasi kepada Pak Gubernur Wayan Koster. Bapak seorang pemberani. Satu-satunya kepala pemerintahan di Indonesia yang berani mengizinkannya (arak Bali). Saya salut dengan Bapak. Karena Bapak sudah memuliakan kebudayaan Bali,” ujar Raymond dalam talkshow perayaan Hari Arak Bali ke-3 di GWK Cultural Park, Rabu (29/1/2025).

Talkshow ini dipandu oleh Nathan Sentoso dan menghadirkan sejumlah narasumber, seperti Wakil Rektor Universitas Triatma Mulya, Dr. Ni Luh Putu Agustini Karta; perwakilan dari Sababay Winery, Yoke Darmawan; serta Ketua Bali Tourism Board (BTB), Ida Bagus Partha Adnyana. Acara ini digagas oleh Asosiasi Tresnaning Arak Berem Bali dan turut dihadiri oleh Gubernur Bali, Wayan Koster, yang juga merupakan pembina asosiasi tersebut.

Dalam kesempatan tersebut, Raymond juga meluruskan anggapan bahwa arak Bali hanya berusia ratusan tahun. Menurutnya, minuman khas Bali ini telah ada sejak ribuan tahun lalu.

“Usia arak Bali bukan ratusan tahun, itu keliru. Usianya ribuan tahun. Yang menarik, di Bali ada lontar yang menuliskan soal arak. Soal tanaman khas Bali. Orang Bali bikin arak pakai kelapa, kelapa apa ya itu yang harus dilestarikan,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua BTB Ida Bagus Partha Adnyana menyebut bahwa perayaan Hari Arak Bali yang jatuh setiap 29 Januari merupakan gagasan Wayan Koster. Menurutnya, Gubernur Koster berkomitmen untuk meningkatkan harkat dan nilai arak Bali.

“Pemikiran beliau dan saya, arak harus menjadi sesuatu yang dicari-cari. Kalau dulu orang liburan ke Bali, merchandise-nya lukisan dan patung, sekarang kalau bisa arak,” katanya.

Baca Juga :   Arak Bali Masuk Minuman Spirit Dunia Golongan C dengan Kadar Alkohol 35%-40%

Ketua panitia Hari Arak Bali ke-3, Nathan Sentoso, menjelaskan bahwa perayaan ini bertepatan dengan momen lahirnya Peraturan Gubernur (Pergub) Bali Nomor 1 Tahun 2020 yang mengatur tata kelola minuman fermentasi dan/atau destilasi khas Bali, seperti arak, brem, dan tuak.

“Kalau tak ada Pergubnya Pak Koster, kita tak ada di sini. Arak Bali ini adalah satu-satunya harta karun yang harus dipertahankan,” ujarnya.

Ia juga menegaskan bahwa perayaan Hari Arak Bali tahun ini melibatkan banyak generasi muda penerus tradisi arak Bali. Menurutnya, budaya hanya bisa bertahan jika terus berinovasi dan dikembangkan.

“Arak mempersatukan semua golongan di sini. Hari ini kita merayakan bersama Hari Arak ke-3. Kami akan berjuang agar Arak Bali satu langkah lagi mendunia,” katanya.

Nathan menambahkan bahwa perayaan ini juga dipersembahkan bagi para petani arak yang telah mempertaruhkan hidupnya demi menjaga kelestarian arak Bali.

“Terima kasih petani. Mari kita perjuangkan arak Bali for The World,” ujarnya.

Acara ini juga dihadiri oleh para petani arak, koperasi, anggota asosiasi, pemerintah, dan Forkopimda. Perayaan Hari Arak Bali ke-3 ditutup dengan tos bersama menggunakan arak Bali oleh seluruh peserta yang hadir di aula GWK.

Penulis||Orin||EditorEdo

Rekomendasi Anda

banner-single-post2
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Terkini Lainnya