Majelis Pertimbangan dan Pembinaan Kebudayaan Bali Dukung PKB

10/04/2021 03:34
Array
Majelis Pertimbangan dan Pembinaan Kebudayaan Bali (Listibiya) menyampaikan dukungan terhadap pembangunan Pusat Kebudayaan Bali (PKB) di Gunaksa, Klungkung
banner-single

DENPASAR Jurnal Bali.com

Majelis Pertimbangan dan Pembinaan Kebudayaan Bali (Listibiya) menyampaikan dukungan terhadap pembangunan Pusat Kebudayaan Bali  (PKB) di Gunaksa, Klungkung. Dukungan itu disampaikan jajaran pimpinan Listibiya saat bertemu Gubernur Bali Dr I Wayan Koster, Selasa (6/4).

————————

Pimpinan Listibiya yang hadir antara lain Prof. Dr. I Made Bandem, Dr. I Wayan Astita, Ida Rsi Agung Wayabiya Sogata Karang, dan Drs. I Wayan Geriya. Hadir pula  Plt. Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, I Gede Darmawa

Dalam pertemuan yang berlaangsung selama hampir dua jam itu, Prof. Dr. I Made Bandem, sebagai Ketua Listibiya Provinsi Bali (2016-2021), menegaskan bahwa dukungan itu karena Bali membutuhkan ruang (sarana dan prasarana) yang modern dan canggih untuk melahirkan karya seni-karya seni bermutu tinggi serta berkualitas internasional.

Baca Juga :   Gubernur Akui Jumlah Pasien Positif Covid-19 Terus Turun, Namun 4 Hari Terakhir Penurunannya Sangat Kecil

“Saya meyakini bahwa pembangunan Pusat Kebudayaan Bali ini adalah bagian penting dari strategi pembinaan kebudayaan yang bersifat “horizontal” dan “vertikal,” ujar budayawan senior dan penulis sejumlah buku penting tentang seni pertunjukan Bali.

Pembinaan dan pengembangan yang bersifat horizontal adalah pembinaan dan pengembangan yang menekankan pada pemerataan, dimana kesenian Bali yang bersifat wali dan bebali (sakral dan seremonial) harus ditingkatkan keberadaan dan kualitasnya serta dikembalikan fungsinya untuk kepentingan upacara keagamaan. Kesenian ini menjadi sumber penciptaan kesenian balih-balihan (sekuler), dan apabila seni-seni sakral itu punah maka roh (taksu) kesenian Bali akan punah pula.

Sebaliknya, pembinaan dan pengembangan yang bersifat vertikal bertumpu sepenuhnya pada peningkatan mutu (kualitas) dan dilakukan dengan mengadakan festival-festival, parade, lomba-lomba, rekonstruksi, kreativitas, inovasi dan cara-cara lainnya agar kesenian itu memiliki standar nasional, dan internasional.

Baca Juga :   Presiden Jokowi Akan Kunjungi Korban Banjir Bandang Adonara

Pembinaan dan pengembangan yang bersifat vertikal ini juga dilakukan dengan penetapan standarisasi dan sertifikasi terhadap sekaa-sekaa, sanggar-sanggar seni,  yayasan, dan galeri yang kini jumlahnya mencapai 10.049 buah menurut data Listibiya tahun 2015. Strategi pembinaan dan pengembangan dengan cara terakhir ini mutlak membutuhkan adanya Pusat Kebudayaan Bali. “Festival, parade, lomba-lomba, rekonstruksi, serta berbagai kegiatan itu membutuhkan panggung serta ruang pamer dengan standar tinggi, yang tentunya nanti akan tersedia di Pusat Kebudayaan Bali,” ujarnya. (*/Sin)

Rekomendasi Anda

banner-single-post2
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Terkini Lainnya