DENPASAR -Jurnalbali.com
Dalam menghadapi Pilkada serentak 2024, pemuda Bali menegaskan pentingnya pemimpin yang mampu menjaga dan melestarikan tradisi, adat istiadat, serta budaya Bali. Mereka mencari sosok yang siap dan kompeten untuk merawat warisan leluhur demi masa depan yang berkelanjutan. Hal itu disampaikan para pemuda Bali saat menghadiri Festival ‘Niti Raja Sasana, Tongkat Sastra Kepemimpinan Negeri’, yang diselenggarakan oleh Yayasan Puri Kauhan Ubud Bali, pada Minggu (21/7/2024).
———
Menurut para pemuda tersebut, tradisi, adat istiadat, dan budaya merupakan fondasi utama masyarakat Bali dan menjadi panduan dalam menapaki kehidupan. Oleh karena itu, merawat dan melestarikannya adalah sebuah keharusan.
Ketua DPP Peradah Bali, Putu Eka Mahardika, menekankan bahwa salah satu budaya yang harus dirawat dan diwariskan oleh para pemimpin Bali masa depan adalah sastra.
“Kalau kriteria ideal menurut kami yang memang benar-benar seorang pemimpin, memang tentu harus bisa berdasarkan sebuah sastra, sastra Bali tentunya, sastra Hindu tentunya, yang bagaimana sehari ini dia harus berdasarkan pemahamannya tentang bagaimana membangun budaya itu sendiri,” ujar ketua DPP Peradah Bali itu.
Sementara itu, Pande Made Widia selaku ketua Manggala Yowana Kabupaten Gianyar menilai bahwa Bali Tengah mengalami krisis sosok pemimpin yang mampu merawat dan melestarikan adat istiadat
“Khusunya di Bali, sekarang kan kita krisis pemimpin yang menjaga adat Bali ya. Kalau kita sebagai masyarakat ya cukup melanjutkan saja menjaga adat budaya tradisi Bali. Maka dari itu kita memang perlu pemimpin yang menjaga adat tradisi Bali yang tau bagaimana karakteristik masyarakat Bali dalam menjaga budayanya,” tutur ketua Manggala Yowana Kabupaten Gianyar.
Para pemuda Bali berharap agar sastra Bali dan sastra Hindu terus dirawat dan dilestarikan, mengingat peran pentingnya sebagai tonggak kepemimpinan negeri. Hal ini ditegaskan kembali dalam festival ‘Niti Raja Sasana’ yang diadakan oleh Yayasan Puri Kauhan Ubud
Penulis||Orin||Editor||Restin