Pada acara peluncuran buku “Intisari Teori U” yang diselenggarakan oleh Yayasan Upaya Indonesia Damai atau dikenal United In Diversity Foundation (UID) di Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI), para peserta diajak untuk mendalami lebih jauh tentang potensi transformatif Teori U. Acara ini menghadirkan kuliah umum oleh Otto Scharmer, pencetus Teori U yang juga merupakan dosen senior di Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan co-founder Presencing Institute.
Jakarta, 29 November 2024 – Dalam era yang penuh ketidakpastian, kita membutuhkan pendekatan baru
untuk mengatasi tantangan kompleks. Teori U, sebuah metode yang mengajak kita
melihat masalah dari perspektif yang lebih dalam dan menawarkan solusi yang komprehensif.
Pada acara peluncuran buku “Intisari Teori U” yang
diselenggarakan oleh Yayasan Upaya Indonesia Damai atau dikenal United In Diversity Foundation (UID) di Lembaga
Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI), para peserta
diajak untuk mendalami lebih jauh tentang potensi transformatif Teori U. Acara
ini menghadirkan kuliah umum oleh Otto Scharmer, pencetus Teori U yang juga
merupakan dosen senior di Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan co-founder Presencing Institute.
Dalam video
sambutannya, Dr. H. TB Ace Hasan Syadzily, M.Si, Gubernur Lemhannas RI,
mengapresiasi peran UID dalam mempersiapkan kepemimpinan nasional menghadapi
era revolusi industri 4.0 melalui pendekatan Teori U. “Teori U sangat relevan
dalam menghadapi tantangan
global saat ini karena menekankan pentingnya membuka hati dan pikiran untuk
beradaptasi di tengah perubahan cepat, serta mendorong kepemimpinan inovatif
dan kolaboratif guna mencapai tujuan bersama,” ujarnya.
Senada dengan Ace,
Tantowi Yahya, Presiden UID, juga menyampaikan apresiasinya atas
penyelenggaraan acara ini. “Teori U telah lama menjadi landasan
program-program UID, di mana kami mendorong kesadaran diri mendalam dan
transformasi kolektif untuk mengatasi akar tantangan. Saya berharap acara ini
dapat menginspirasi dan menjadi katalis dalam perjalanan kita bersama menuju
masa depan yang lebih berkeadilan dan berkelanjutan,” tambahnya.
Dalam kuliah umum, Otto Scharmer memaparkan tiga transformasi kunci
dalam pendekatan Teori U: 1) Dari berpikir silo ke berpikir sistemik:
Menghubungkan upaya-upaya terpisah menjadi pendekatan yang lebih sistemik; 2)
Dari “saya” ke “kita”: Membangun kesadaran kolektif untuk
bertindak sebagai bagian dari komunitas yang lebih besar; 3) Dari reaktif ke
ko-kreatif: Beralih dari sekadar merespons masalah menjadi menciptakan solusi
secara kolaboratif.
Otto menekankan
bahwa untuk mencapai tujuan seperti penyembuhan sosial dan regenerasi,
diperlukan penumbuhan tanah atau ladang sosial yang subur, yakni kualitas
hubungan yang mendalam dan bermakna. Ia juga menyoroti pentingnya infrastruktur
pembelajaran dan kepemimpinan dengan menyelaraskan perhatian
(attention), niat (intention), dan keberdayaan (agency) baik secara individu maupun
kolektif.
Dalam
pernyataan penutupnya, Otto mengingatkan pentingnya menghadapi tantangan dengan kerendahan hati, ketenangan, dan
keseimbangan batin, bahkan di tengah ketidakpastian. “Inilah saatnya
tanah atau ladang sosial—pondasi hubungan
yang telah kita bangun—benar-benar memberikan dampak,” ujarnya.
Otto juga menekankan nilai hidup sepenuhnya dan menciptakan dampak yang
berarti. “Hidup itu terbatas, tetapi menawarkan kemungkinan tak terbatas. Kini
saatnya hadir dan membuat perubahan,” tutupnya dengan rasa syukur atas komunitas dan perjalanan bersama yang telah
dilaluinya.
Acara
yang dihadiri oleh kurang lebih 200 peserta ini juga turut menyaksikan
peluncuran buku “Intisari Teori U” yang merupakan terjemahan dari
karya asli Otto Scharmer. Harapannya, buku ini dapat menjadi panduan bagi
mereka yang ingin mempelajari lebih lanjut tentang Teori U sekaligus menjadi
inspirasi bagi para pemimpin dan pembuat kebijakan
untuk menciptakan perubahan yang lebih baik. Acara kemudian ditutup dengan sesi penandatanganan buku oleh Otto
Scharmer.
Turut hadir dalam acara ini sejumlah tokoh, antara lain Lestari
Moerdijat (Wakil Ketua
MPR RI), Mari Elka Pangestu (Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional), Alissa
Wahid (Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian), Suyoto (Wakil Presiden UID,
Mantan Bupati Bojonegoro periode 2008-2018), dan Father Marcin Schmidt, utusan khusus Paus Fransiskus dari Vatikan sekaligus
Sekretaris Jenderal 5P (Peace,
Prosperity, People, Planet, Partnership) Global Movement.
Artikel ini juga tayang di VRITIMES