RUTENG, Jurnalbali.com –
Direktur Stefanus Gandi Institut (SGI), Stefanus Gandi, ikut menyumbangkan pembangunan Rumah Gendang Hita, Desa Komdo Selatan, Kecamatan Pacar, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar). Bantuan berupa uang tunai tersebut langsung diserahkan oleh utusan Lembaga SGI Bento Papur kepada Tu,a Golo Hita Yohanes Keba saat acara peletakan batu pertama, Rabu (04/05/2022).
—————
Bento Papur dalam sambutannya mengaku hadir mewakili Stefanus Gandi, seorang pengusaha yang saat ini berdomisili di Bali dan Jakarta.
Stefanus Gandi, kata Bento, berasal dari Desa Wae Bangka, Kecamatan Lembor, Kabupaten Mabar. Ada banyak gerakan kemanusian yang dilakukannya seperti menyumbangkan bantuan semen untuk gereja dan masjid.
“Bapa Stefan menitipkan sedikit untuk berpartisipasi, mengambil bagian dalam pembangunan Rumah Gendang ini. Hari ini memang sedikit, tetapi kata dia (Stefanus Gandi) ke depan lihat perkembangan, beliau akan datang lagi,” terang Bento.
Stefanus menurut dia, menitip salam khusus untuk seluruh warga Kampung Hita yang sedang membangun Rumah Gendang.
Sementara itu, Tu,a Golo Hita Yohanes Keba mengaku bersyukur dan menyampaikan terima kasih atas bantuan sejumlah pihak untuk membangun Rumah Gendang.
Hal senada disampaikan Ketua panitia pembanguan Rumah Gendang Hita Yohanes Sudarjo Hajo. Ia menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu untuk membangun Rumah Gendang Hita.
“Terima kasih kami kepada Kaka Stefan Gandi sekaligus salam hormat kami. Mudah-mudahan suatu saat kita ketemu, urusan kami masih panjang,” kata Yohanes.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Mabar Marsel Jeramun mengatakan, perencanaan pembangunan Rumah Gendang Hita sudah sejak lama, sekitar tahun 2014 lalu.
Karena itu, Pemkab Mabar sudah mengalokasi anggaran senilai Rp25 juta untuk mendukung pembangunan Rumah Gendang Hita.
Anggota DPRD Mabar lainnya, Beni Nurdin yang turut hadir dalam kesempatan tersebut menjelaskan, Rumah Gendang tentu saja memiliki nilai budaya dan merupakan lambang persatuan dan kesatuan orang Manggarai.
Menurut politisi NasDem itu, ada beragam simbol dalam Rumah Gendang yang tentu saja memiliki arti tersendiri bagi orang Manggarai sebagai entitas adat.
“Arti itulah yang membuat orang Manggarai Nai ca anggit, tuka ca leleng. Jadi tidak semua persoalan itu dibawa ke polisi, bawa ke mana-mana. Semua persoalan bisa diselesaikan di Rumah Gendang,” terang Beni.
Senada dengan Beni, Camat Pacar Ferdi Pelong pembangunan Rumah Gendang Hita menunjukkan tanda-tanda yang baik.
“Rumah Gendang bukan gagah-gagahan, atau tandingan, tetapi sedang mewariskan budaya Manggarai,” terang Camat Ferdi dalam sambutannya.
Ferdi menjelaskan, Rumah Gendang merupakan bagian dari yang ia sebut lima (5) sanda. Kelima pilar utama itu, antara lain, Wae Bate Teku (Mata Air Sumber Hidup), Mbaru Bate Kaeng (Rumah), Natas Bate Labar (Halaman), Compang Bate Dari (Mesbah Persembahan), dan Uma Bate Duat (Kebun).
“Mari kita berangkat dari kebersamaan dalam pembangunan Rumah Gendang. Karena bukan hanya fisik yang mau dibangun, tetapi nilai budayanya yang sedang diwariskan,” katanya.
Ia juga meminta agar tidak semua masalah diselesaikan di kecamatan atau kepolisian. Tetapi hendaknya Rumah Gendang dijadikan sebagai wadah untuk menyelesaikan persoalan. [*/Bil]