DENPASAR, Jurnalbali.com –
Penanganan wisatawan Tiongkok yang berkunjung ke Bali, memang selalu menyertakan cerita unik. Belum hilang dari ingatan public tentang adanya system ‘Jual beli kepala’ yang diberlakukan bagi wisatawan asal Tiongkok yang datang ke Bali.
————
Sejak mencuatnya system jual beli kepala tersebut, keresahan terus mengganggu kinerja para pemandu wisata maupun para pengusaha pariwisata di Bali, jika melayani wisatawan Tiongkok.
Menyikapi hal tersebut, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati meminta tidak ada lagi bisnis ‘jual beli kepala’ wisatawan Tiongkok. Sebelum pandemi Covid-19 bisnis tersebut mencuat pada 2018 lalu. Sejumlah oknum agen perjalanan dari Tiongkok mengemas paket wisata ke Bali dengan harga sangat murah.
Para biro perjalanan asal China itu memiliki jaringan di Bali. Sehingga, mereka hanya akan mengarahkan ke toko jaringan tersebut. Dengan demikian, margin paket wisata yang dijual mampu ditekan serendah-rendahnya.
“Karena hal itu juga akan merugikan para wisatawan, mereka tidak bisa menikmati Bali dengan baik, hanya diarahkan ke jaringan yang mereka miliki,” kata Cok Ace, Senin, 20 Februari 2023.
Di tahun 2023 ini, wisatawan asal Negeri Tirai Bambu akan kembali berkunjung ke Bali dalam jumlah besar. Cok Ace mengingatkan, Tiongkok secara kuantitas tidak bisa dipandang sebelah mata. Para wisatawan ini menempati posisi kedua terbanyak setelah Australia yang berkunjung ke Bali.
“Jadi kita harus benar-benar mempersiapkan segala sesuatu, dari segi regulasi hingga penunjang lainnya. Sehingga, target kunjungan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat dan daerah bisa terwujud,” jelasnya.
Dalam menyongsong dibukanya pasar Tiongkok tahun 2023, Cok Ace menginstruksikan untuk menindak tegas jika masih ditemukan praktik ‘jual beli kepala’ seperti itu di Bali. Namun, yang terpenting, adalah mengantisipasi agar praktik bisnis tidak sehat itu kembali berulang.
“Pemprov Bali ingin menjadikan Pulau Bali sebagai destinasi pariwisata yang berkualitas,” ujarnya. (*/Bil)