DENPASAR,Jurnalbali.com –
Salah satu kegiatan reses anggota DPD RI, Made Mangku Pastika di Denpasar pada Selasa (19/7) di rumah aspirasi DPD RI Renon Denpasar ibarat ajang nostalgia. Betapa tidak, Made Mangku Pastika yang tak lain adalah pencetus program Simantri saat masih menjabat sebagai Gubernur Bali beberapa tahun lalu, tidak sulit memahami aspirasi para petani yang dari dahulu hingga sekarang masih menekuni pertanian terintegrasi ala Simantri yang dulu dicetuskan Made Mangku Pastika. Suasana reses pun cair dan mengalir.
——————–
Dalam reses anggota DPD RI yang dikemas berupa dialog tersebut terungkap bahwa pupuk organik yang banyak dihasilkan petani dan pengelola Simantri saat ini distribusinya terkendala izin edar. Akibatnya ribuan ton pupuk siap pakai itu tak bisa masuk pasar alias terjual.
“Kita tak bisa menjual keluar maupun di pasar lokal karena tak punya izin edar. Bahkan sempat ditangkap petugas,” jelas Gusti Susila dan Dewa Putu Buda Pengurus Asosiasi Simantri Bali saat bertemu dengan Anggota DPD RI Dapil Bali Dr. Made Mangku Pastika, M.M. pada acara reses, Selasa (19/7) di rumah aspirasi DPD RI Renon Denpasar.
Penyerapan aspirasi yang mengangkat tema “Peran Simantri dalam Upaya Menjaga Ketahanan Pangan” dipandu Tim Ahli Nyoman Baskara didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja, juga hadir belasan pengelola Simantri yang tersebar di Bali. Mereka intinya berharap program pro petani yang sudah terbukti bisa mengangkat ekonomi petani bisa kembali berjalan seperti pada awalnya.
“Sekarang ini ibaratnya ayam kehilangan induk tak ada yang mendampingi. Padahal petani sangat perlu pendampingan,” ujar mereka silih berganti.
Yang dianggap mendesak saat ini adalah masalah penyaluran pupuk organik yang diproses dari kotoran sapi Simantri. “Ada ribuan ton pupuk siap edar, namun terkendala izin edarnya. Izin lainnya sudah lengkap semua, tinggal nunggu izin edar saja yang sudah berbulan-bulan tak kunjung terbit,” tambah Ketua Forum Simantri Gusti Susila.
Mendengar aspirasi peternak tersebut, Mangku Pastika mengajak petani tetap semangat melakukan usaha tani. Sejatinya hadirnya Simantri itu bukan semata melihat hasil, namun lebih pada upaya menjadikan Bali Pulau Organik dan Bali Lestari. Sebab dari kotoran sapi (Simantri) dihasilkan pupuk organik. Sedangkan penggunaan pupuk kimia akan merusak tanah.
“Saya akan bicarakan dengan Kementerian Pertanian dimana hambatan izin edar itu. Nanti perwakilan kelompok juga saya ajak,” tambah mantan Gubernur Bali dua periode yang juga penggagas Program Simantri ini. Di era kepemimpinan Gubernur Mangku Pastika 2008-2018, berhasil dibentuk 800 lebih Kelompok Simantri yang tersebar di seluruh Bali. Tiap kelompok dibantu 20 ekor sapi dan fasilitas pendukungnya.
Terkait harapan kelompok agar ada pendampingan, Mangku Pastika mengatakan akan membicarakannya dengan perguruan tinggi. “Bisa saja nanti kerja sama dengan mahasiswa terkait,” jelasnya. (*/Bil)
Reporter|Gilbert Kurniawan Oja|Editor Edo