DENPASAR, Bali.poskota.co.id –
Beberapa hari setelah Gubernur Bali Wayan Koster meluncurkan kebijakan baru pengelolaan pendidikan SMA, SMK dan SLB untuk tahun ajaran 2022/2023 yang salah satunya menghilangkan kekhususan SMAN Bali Mandara, politisi Pasek Suardika lontarkan kritik keras. Pasek mengunggah kritikannya itu dalam video berdurasi 28 menit pada akun facebook peribadinya pada Senin 23 Mei 2022.
———————-
Dikonfirmasi terkait video unggahannya tersebut pada Selala 24 Mei 2022, Ia menyebut, penghentian program SMAN Bali Mandara semata-mata karena alas an politik. Sedangkan alas an pembiayaan menurut dia adalah alas an yang mengada-ada.
Dikatakan, SMAN Bali Mandara adalah shortcut (jalan pintas) untuk menyelamatkan anak-anak miskin dari seluruh Bali untuk disekolahkan dan menjadi lebih maju pendidikannya, walaupun mereka adalah anak-anak yang tidak mampu secara ekonomi.
‘Jika benar bahwa persoalnnya adalah biaya yang terlalu mahal, kenapa tidak dilakukan penghematan. Bukan menghapus konsep dasarnya. Cobalah dibuka datanya, konstitusi negara kita ini mewajibkan pemerintah mengalokasikan anggaran Pendidikan sebesar 20 persen dari APBN dan APBD. Apalagi kewenangan Pemprov itu hanya mengelola SMA dan SMK atau sederajad. Berani gak Pemprov Bali itu buka data. APBDnya dibedah. Sudahkan mencapai 20 persen anggaran untuk Pendidikan?,’ tanya Pasek.
Ia mengajak Pemprov Bali membuka data, berapa APBD Bali. Dikatakan, misalnya APBD Bali 8 triliun rupiah, maka jelas menghitungnya pasti gampang. Berapa triliun itu disiapkan untuk Pendidikan di level SMA dan SMK. Karena SD dan SMP menjadi tanggungjawab Kabupaten/kota. Buka dong datanya.
‘Kalau disebutkan oleh Pemprov ada anggaran satuan 18,3 miliar pertahun untuk Pendidikan, saya yakin itu masih bisa diturunkan karena saya juga mengelola sekolah walaupun bukan sekolah unggulan. Kalau APBD Pemprov Bali ada di angka 7 sampai 8 triliun, maka 1,5 triliun atau mendekati 2 triliun memang untuk Pendidikan. Masih sangant banyak. Masih sangat cukup. Sehingga alasan finansial menjadi alasan yang mengada-ada,’ ujarnya.
Dikatakan, alasan yang nyata didepan mata adalah alasan politik. Dimana kepemimpinan hari ini begitu alergi melihat keberhasilan pemimpin yang lalu, sehingga dia (Gubernur Koster-red) ingin di masa kepemimpinannya, apa yang dilakukan dialah yang paling sukses, dan pendahulu sebelumnya kalah. Sehingga apa yang bisa mengalahkan dia maka dihilangkan dulu jejaknya,’ ujar Pasek.
Ia lalu mereview kembali memori bagaimana awal-awalnya Gubernur Wayan Koster memimpin. Dimana ketika itu sempat terlontar keinginan mengganti nama tol Bali Mandara. Tapi banyak orang protes sehingga akhirnya tidak jadi diganti.
Nah sekarang akhirnya Sekolah, katanya. Jika memang problemnya adalah problem politik karena tidak ingin ada yang lebih sukses dari pemerintahan provinsi hari ini, ya ganti Namanya, tapi konsepnya dipertahankan kata Pasek.
‘Ganti namanya itu saran saya. Lebih gampang mengganti namanya. SMA Negeri Bali Mandara diganti menjadi SMA Negeri Nangun sat kerthi loka Bali. Atau SMA Negeri Koster dua Periode. Begitu misalnya. Atau SMA Negeri Koster Bali Satu. Nggak apa-apa. Yang penting bagi orang miskin itu tidak perlu namanya, tapi bagaimana dia bisa mengakses, bagaimana dia mendapat shortcut kemudian dia bisa berpeluang untuk mengubah nasibnya. Di situ letak utamanya,’ ujarnya.
Dikatkan, sejujurnya ia akan terus meneriakkan persoalan penghapusan keistimewaan SMAN Bali Mandara ini agar semakin banyak masyarakat Bali bisa membaca secara obyektif sebenarnya pemerintahan ini ada di mana.
Ia juga mengaku sangat sedih melihat kebijakan hari ini, SMA Negeri Bali Mandara disamakan dengan yang lain. Tinggal sisa dua akelas yang lebih dulu berjalan itu diselesaikan. Ia meyayangkan calon-calon murid SMAN Bali Mandara telah mengalami demotivasi dengan melihat dulu yang sangat dibanggakan jadi demotivasi dengan penghapusan ini.
‘Sangat menyedihkan. Ini memang harus banyak yang berteriak. Sedih sekali, kita punya 55 anggota DPRD Bali, tidak ada satupun yang berani mengkritik soal ini. Tidak ada satupun yang mencoba mengangkat persoalan Pendidikan ini,’ tambahnya.
Padahal Pendidikan kata dia, adalah hal yang paling mendasar. Ada sejarah hal perinsip dalam teori politik mengatakan, ‘Kaburkan sejarahnya, lemahkan pendidikannya maka anda akan bisa berkuasa lebih lama.’ Baik dia orang yang mau menjajah baik dia yang mau memimpin dan sebagainya.
‘Sekarang ada gak yang berani buka anggaran Pendidikan secara detail. Saya yakin tidak ada. Kalau hanya 18 miliar saja itu masih sangat kecil dibandingkan dengan kita membangun pusat kebudayaan Bali yang hampir 2 triliun yang diambil dari uang pinjaman. Yang kemudian mulai tahun 2023 seluruh masyarakat Bali, anggaran APBDnya harus dipakai membayar utang,’ tegasnya.
Dikatakan, masyarakat Bali hari ini dipertontonkan sebuah kesuksesan bangunan-bangunan beton yang begitu luar biasa, termasuk yang di Besakih 1,3 triliun, Tetapi kemudian untuk bangunan bangunan fondasi-fondasi pikiran, kualitas SDM tidak tersentuh.
‘Bagi saya ini sangat memalukan, karena sebenarnya kalau kita berani investasi di SDMmaka di situlah kemudian menjadi kunci untuk keberhasilan. Jadi kalau penjelasan Gubernur ini seperti ini maka jujur saya kira masyarakat miskin bisa melakukan protes terhadap hal ini,’ ujar Pasek.
Politisi mantan anggota DPR RI ini Justru mengusulkan penambahan sekolah yang dikelola dengan pola seperti SMAN Bali Mandara di seluruh Bali. Dikatakan, jika SMAN Bali Mandara ada di Bali Utara, maka tambahkan lagi di Bali Barat, tambahkan lagi di Bali Timur, tambahkan lagi di Bali Selatan dan tambahkan lagi di Bali Tengah.
Dengan demikian katanya, anak-anak miskin di Bali bisa lebih banyak lagi disekolahkan. Sehingga lebih banyak lagi anak-anak yang berprestasi. Kompetisi akan berjalan. Disiplin akan dilatih, kemampuan kognitifnya akan dikembangkan.
Ia juga menyinggung alasan lain dari Pemprov bali yaitu masalah seragam. Bahwa Pemprov Bali tidak mengenal sekolah Pendidikan Kedinasan.
‘Sangat parah kalau kita punya pemimpin hanya mau dirinya yang dipuji dan tidak mau mengakui kebijakan pemimpin sebelumnya. Ida Bagus Mantra punya peninggalan kebijakan yang bagus. Pak Oka juga ada. Pak Dewa Bharata juga ada. Pak Mangku Ppastika juga ada, walaupun juga mereka masing-masing punya kekurangan. Tetapi jangan kelebihan-kelebihan yang ada itu dikubur, dihilangkan dengan mencari-cari alas an,’ ujarnya.
Dirinya mengaku siap jika memang ada ruang diskusi Bersama Gubernur, karena katanya DPRD Bali tidak berfungsi. Perinsipnya akses Pendidikan di Bali harus diutamkan. Proyek-proyek mercusuar harus dikurangi.
‘Lebih baik kita utamakan proyek-proyek sumber daya manusia, karena apabila sumber daya manusia kita unggul, maka sejatinya secara ekonomi kita akan tumbuh dengan baik. Jadi apapun alasannya, baik alasan finansial, baik alasan politik, alasan seragam, semua tidak bisa diterima dengan akal sehat,’ ujarnya.
Dikatakan bahwa yang paling nyata dan yang paling menonjol dalam kebijakan baru Gubernur Wayan Koster tersebut adalah pendekatan politik. Dimana pemimpin yang hari ini menjabat, dia tidak ingin ada keberhasilan pejabat sebelumnya kelihatan lebih sukses.
‘Saya tidak mengerti cara mengelola pemerintahan di Bali, ketika lebih bangga dengan kopi arak dari pada Pendidikan ala Bali Mandara. Kalau saya disuruh memilih, dari pada saya sosialisasi kopi arak, saya lebih memilih mensosialisasikan bagaimana SMAN Bali Mandara bisa dibangun lagi di Bali Selatan, Bali Barat dan Bali Timur. Mestinya DPRD Bali yang mengambil inisiatif. Saya yakin, astungkara diberkahi Tuhan,’ tutup Pasek. (*Bil)